Mistisnya Gerbang Perbatasan Blora-Rembang: Banyak Pengendara dapat Tumpangan Gaib
EMPAT gerbang perbatasan Blora Kota yang menghubungkan antara Kecamatan Banjarejo, Jepon, Tunjungan dan Kabupaten Rembang menyimpan mitos yang diyakini masyarakat hingga sekarang.
Konon, banyak pengendara yang dihantui dengan penumpang gaib.
Terdapat kisah dari pengendara asal Ciamis, Jawa Barat Aby Arsyyad yang ingin menuju Tuban, Jawa Timur.
Sebelum tiba di Blora, dia mampir ke rumah kawannya di Purwodadi untuk istirahat sehari sebelum balik ke Tuban, Jawa Timur.
“Keesokan harinya selepas ashar dengan mengendarai motor masing-masing, teman saya mengantar sampai Bledug Kuwu sekalian untuk menemaniku untuk mengambil gambar di obyek wisata itu dan sekadar menikmati es kelapa muda yang memang banyak dijual di situ,” ucapnya.
Keasyikan melihat objek wisata bumi yang sedang batuk itu tidak terasa hari sudah menjelang maghrib.
Baru selepas maghrib, dia memulai perjalanan pulang ke Tuban, yang mungkin membutuhkan 3 atau 4 jam perjalanan, maklum jalan alternatif CepuSemarang ini rusak parah waktu itu.
Sebenarnya dia sudah merasa ada yang lain saat akan memulai perjalanan pulang ini.
Sejak ia meluncur dari Bledug Kuwu, saat motor yang dikendarai memasuki kawasan Kecamatan Kradenan, Grobogan, tiba-tiba ban bocor.
“Untungnya masih ada satu tukang tambal ban dekat kantor kecamatan yang masih buka. Setelah itu ketika memasuki Kecamatan Gabus tiba-tiba lampu depan mati, terpaksa saya berhenti di pasar Sulursari untuk memperbaikinya,” katanya.
Beberapa saat setelah lampu kembali normal ia melanjutkan perjalanan. Sekitar satu jam baru masuk masuk Randu Blatung, Blora.
Sekitar satu jam kemudian melintasi area hutan jati barulah sampai ke wilayah Klopoduwur, Blora.
Kurang dari 30 menit kemudian dia sudah memasuki pusat Kabupaten Blora dan langsung mengambil jurusan Bojonegoro.
Lepas dari Batalyon 410 Blora sekitar 500 meter tiba-tiba tanpa sebab mesin motor mati. Sebelumnya belum pernah terjadi.
Di samping masih tergolong motor yang baru saat itu. Sebelum berangkat touring ia selalu mempersiapkan motor sesempurna mungkin.
Sedikit jengkel, saya tepikan motor ke tepi jalan dan memang jalanan saat itu masih ramai dari arah Blora menuju Bojonegoro, Jawa Timur.
Belum sempat menyandarkan standar motor, ia dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba oleh wanita tua, dari mana datangnya saya tidak jelas.
“Mas boleh saya minta tolong.” Kata wanita tua itu.
Ia menoleh ke arah perempuan tua itu yang menyapaku itu, “Apa yang bisa saya bantu Mbah?” jawabku.
“Saya boleh menumpang sampai di Bogorejo, mau naik ojek saya tidak ada uang, Nak!” katanya dengan bernada melas.
“Oo monggo mbah, kebetulan nanti saya lewat situ. Tapi sabar dulu ya mbah, motor saya agak rewel, saya akan cek dulu mesinnya sebentar,” jawabnya.
Dia sama sekali tidak memperhatikan lagi wanita tua itu, terus berkonsentrasi dengan motornya.
Setelah mengecek kondisi mesin, ternyata tidak ada sedikit masalah apapun terhadap mesin motorku.
Begitu mesin motor saya starter langsung menyala, ia segera melanjutkan perjalanan yang sebelumnya mempersilahkan wanita tua itu segera naik ke motor.
“Pegangan ya mbah!” sambil melajukan motor.
Namun kali ini saya hanya melajukan motor dengan kecepatan standar karena membonceng seorang wanita tua.
Waktu tertunda lagi satu jam lagi untuk sampai ke rumah. Bau wangi dari wanita tua itu sebenarnya yang membuat risih.
Sebab bau wanginya tidak seperti wewangian pada umumnya, saya rasa wewangian itu aneh.
“Nenek itu gaul juga, ya masak punya parfum tapi tidak punya uang untuk ojek. Namun, aku tidak mempedulikannya, saya anggap bau wangi seperti ini sama dengan wangian wanita yang ada di kampungnya. Umumnya pada helatan hajatan kebiasaan mereka memakai wangian, namun ya itu tadi menyengat,” ujarnya.
Dalam perjalanan tidak banyak yang saya bicara dengan nenek itu, sebatas mengingatkan untuk pegangan saja, di samping itu saya harus berkonsentrasi mengemudikan motor.
Ketika memasuki Kecamatan Bogorejo, Blora saya mencoba bertanya pada wanita tua itu. Tetapi sama sekali tak ada jawaban dari wanita itu.
“Tidak dengan barangkali pikirku, karena waktu saya tanya sama dia kondisi motor sedang berjalan. Sampai di dekat pasar Bogorejo saya bertanya lagi pada wanita itu. Namun tetap tak ada jawaban," ujarnya.
"Saya tepikan motor di dekat simpang tak jauh dari pasar dengan tujuan hendak bertanya kembali pada wanita itu, namun saat saya menoleh ke belakang saya sangat terkejut. Wanita yang saya bonceng raib entah kemana perginya,” tuturnya.